Selasa, 14 Oktober 2014

SBY

Karikatur (by google.com)
Pada tanggal 20 Oktober 2014 terjadi pergantian Presiden Republik Indonesia, dari Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)yang sudah menjabat sepuluh tahun menyandang Presiden akan melimpahkan jabatannya ke Joko Widodo (Jokowi) sebagai pemenang pemilu di bulan Juli 2014 Kemarin.

Saya sebagai warga merasa serba salah, apakah saya harus senang atau harus sedih dengan pergantian Presiden ini, karena senang dan sedih ini bila dimaknai lebih mendalam pasti akan berarti baik dan buruk.

Saya senang karena Indonesia akan mempunyai Presiden baru yang mengklaim dirinya dan relawannya sebagai presiden yang lahir dari rakyat dan akan bekerja untuk rakyat, yang sebenarnya sama saja dengan yang dikatakan SBY waktu kampanye presiden di pemilu sebelumnya.

Sedih karena akan ada banyak kenangan bersama dengan SBY (meskipun tidak pernah tinggal bareng), dimana banyak orang yang pernah menghujat, memaki, menyalahkan dan menjadikan dia sebagai orang  yang selalu disalahkan dalam hal apapun.

Bahkan ada salah seorang comic (baca-komedian stand up comedy) bilang, mungkin kita tidak akan kehilangan joke-joke tentang Presiden.

Saya melihat SBY ini adalah orang yang pintar dalam hal apapun, berpidato dia jago, berbusana dia selalu gagah, dan dia jago juga bikin masyarakat sabar. Ingat kan waktu Indonesia sama Malaysia bersitegang, dan SBY waktu itu mengadakan konfrensi Pers di Markas TNI, ada pengamat bilang SBY serius mau marah bahkan bisa jadi perang, tapi ternyata dia berhasil membuat masyarakat menjadi tenang.

Bagi yang sering mendengar pidato atau konfrensi persnya mungkin sudah tidak asing dengan kata “saya kecewa, saya prihatin, dan saya mengerti”. Kata-kata itu seperti tak tergantikan dan bahkan banyak pengamat politik, psikologi dan komunikasi bilang kalau pidato-pidatonya itu hanyalah curahatan hati (curhat) yang tidak wajar dilakukan seorang Presiden ke masyarakat.

Presiden adalah pemimpin bangsa dan negara yang tentu menjadi wajah masyarakatnya dari mulai yang paling miskin sampai kaya, dari anak-anak samai orang tua. Dan untuk menilai  SBY sebagi seorang pemimpin atau bapak bagi masyarakatnya, tentu kita harus bertanya pada diri kita sejauhmana kita sudah menjadi pemimpin bagi diri sendiri.

Namun, apabila dia sangat tidak sempurna bahkan banyak sekali kesalahannya, mungkin kita harus meminjam kata yang selalu SBY katakan, “Kita Prihatin, Kita Kecewa dan Kita Mengerti SBY”.

Terima Kasih SBY sudah bersama kami selama sepuluh tahun ini, mudah-mudahan pengabdianmu, pengorbananmu, kesabaranmu dibalas oleh Allah SWT.



Categories: ,

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!