Saya adalah seorang mantan wartawan di harian Radar Karawang
grup Jawa Pos diwilayah Purwakarta, Subang dan Karawang atau yang biasa
di singkat dengan Purwasuka. Waktu itu saya ditempatkan di kabupaten Subang
bersama senior saya mang Eko.
Menjadi seorang wartawan tidaklah mudah, selain gajinya
kecil, jam kerja pun tidak jelas bahkan bisa di bilang kerja 24 jam full gak
setengah-setengah. Saya dan mang Eko kebagian dua halaman Subang Raya.
Dalam bekerja wartawan dituntut untuk mengungkap fakta
yang terjadi dilapangan, tidak boleh mengarang. Pada awalnya saya menulis
berita yang ringan seperti seremonial seperti acara Bupati, acara Dinas Pemerintah
dan Partai.
Saya sebenarnya dikategorikan wartawan umum, yaitu
wartawan yang harus serba bisa meliput semua berita, baik kriminal, ekonomi,
politik, pemerintahan dan lain-lain.
Senang dengan semua aktifitas yang dijalankan sewaktu
menjadi wartawan, meskipun rasa cape tidak bisa disembunyikan, namun dilakukan
dengan semangat. Sedihnya kalau ingat kuliah, dimana waktu itu saya juga lagi kuliah
semester tiga di Fakultas Komunikasi Universitas Subang. Jadi jarang ke kampus
karena seringnya di lapangan cari berita.
Ketika menjalani sebagai seorang wartawan, ada hal
yang membuat saya malu mengakui saya seorang wartawan yaitu karena image wartawan di masyarakat suka
dipandang negatif karena banyak wartawan yang kerjanya bukan mencari berita
tapi malah menjadi pemalak ke desa-desa.
Miris memang, kita yang bekerja dibawah tuntutan
setiap hari harus ada berita, di satu sisi ada sebagain orang yang mengaku
wartawan dengan santainya meminta jatah proyek dan memalak masyakat demi
kepentingan pribadi.
Awalnya saya jadi malu mengakui saya wartawan, kalau
liputan ke desa saya lebih suka ngaku sebagai reporter, padahal sama saja sih,
tapi mereka lebih nyaman wawancaranya bila mengaku reporter dari pada mengaku
wartawan. Hehehe.
Ada banyak istilah untuk wartawan-wartawan pemalak ini
diantaranya, wartawan amplop, wartawan bodrex, wartawan tanpa surat kabar (WTS),
wartawan bodong, wartawan gadungan dan banyak lagi.
Wartawan-wartawan tersebut tidak mencari berita mereka
hanya mencari uang untuk kepentingan pribadi, biasanya kalau ada acara dinas
atau bupati mereka kumpul terus membuat absen yang hadir dan setelahnya di
kasihkan terus cair deh uangnya.
Dan untuk wartawan harian, pasti absennya dicatat
diurutan pertama, tidak tahu ditumbalkan atau apa, tapi memang jitu mereka
berhasil mendapatkan jatah dari itu. Dan kami yang ditugaskan mencari berita hanya
bisa senyum-senyum saja, meskipun sedih melihatnya.
Suatu waktu saya bangun pagi dan duduk manis sambil
minum kopi di agen koran yang menjual koran saya, saya mau tahu siapa saja yang
suka membeli koran tempat saya kerja ini. Dan ternyata yang membelinya itu
wartawan-wartawan tidak jelas itu.
Jadi modusnya itu, mereka beli koran tiga dan diberikan
ke narsumber yang ada di koran dengan berharap koran itu dieli dengan harga
yang tinggi. Dalam hati dongkol juga, saya yang setengah mati mencari dan
menulis berita, melah dimanfaatkan orang lain untuk memeras.
Bagaimana tidak rusak nama wartawan kalau masih banyak
orang yang mengatasnamakan wartawan dengan tujuan memperkaya diri sendiri dan
anehnya bukannya malu, sekarang ini semakin bangga dan semakin menjadi-jadi.
Ayo kawan sadarlah, masih banyak pekerjaan yang lebih
mulia dari pada menjadi pemalak yang bisanya mencari kesalahan dan meminta
jatah dari proyek-proyek pemerintah.
Ada yang mengatakan, dimana proyek
pemerintah akan berjalan dengan baik apabila uang pengamanan wartawan gadungan dan
preman saja sampai harus disiapkan 20% dari total anggaran.
Bagi kawan yang merasa tersinggung, maaf ya…
mana bulu pantayamna.... yam. Wakwaw....
BalasHapuskalau begitu.... panginglnya WARTAWIN saja,,, jangan pangil WARTAWAN, krna nama WARTAWAN sekarang sdh sebagian bersih sebagian ada kotor. Jadi mulai skrg pangilnya WARTAWIN saja.
BalasHapusAnda di desa mengaku-ngaku sebagai REPORTER,,, kalau REPORTER itu untuk pangilan media TELEVISI..... emangnya anda punya kamera video soting yg gede, kaya punya TvOne. paling jga pnya bukan kamera Hp.
BalasHapushahaha... pentium... punya dong. baca yang SBY yum. baru
BalasHapus