Rabu, 08 Oktober 2014

Saya adalah seorang mantan wartawan di harian Radar Karawang grup Jawa Pos diwilayah Purwakarta, Subang dan Karawang atau yang biasa di singkat dengan Purwasuka. Waktu itu saya ditempatkan di kabupaten Subang bersama senior saya mang Eko.
 
Menjadi seorang wartawan tidaklah mudah, selain gajinya kecil, jam kerja pun tidak jelas bahkan bisa di bilang kerja 24 jam full gak setengah-setengah. Saya dan mang Eko kebagian dua halaman Subang Raya. 

Dalam bekerja wartawan dituntut untuk mengungkap fakta yang terjadi dilapangan, tidak boleh mengarang. Pada awalnya saya menulis berita yang ringan seperti seremonial seperti acara Bupati, acara Dinas Pemerintah dan Partai.  

Saya sebenarnya dikategorikan wartawan umum, yaitu wartawan yang harus serba bisa meliput semua berita, baik kriminal, ekonomi, politik, pemerintahan dan lain-lain. 

Senang dengan semua aktifitas yang dijalankan sewaktu menjadi wartawan, meskipun rasa cape tidak bisa disembunyikan, namun dilakukan dengan semangat. Sedihnya kalau ingat kuliah, dimana waktu itu saya juga lagi kuliah semester tiga di Fakultas Komunikasi Universitas Subang. Jadi jarang ke kampus karena seringnya di lapangan cari berita.

Ketika menjalani sebagai seorang wartawan, ada hal yang membuat saya malu mengakui saya seorang wartawan yaitu karena image wartawan di masyarakat suka dipandang negatif karena banyak wartawan yang kerjanya bukan mencari berita tapi malah menjadi pemalak ke desa-desa.

Miris memang, kita yang bekerja dibawah tuntutan setiap hari harus ada berita, di satu sisi ada sebagain orang yang mengaku wartawan dengan santainya meminta jatah proyek dan memalak masyakat demi kepentingan pribadi.

Awalnya saya jadi malu mengakui saya wartawan, kalau liputan ke desa saya lebih suka ngaku sebagai reporter, padahal sama saja sih, tapi mereka lebih nyaman wawancaranya bila mengaku reporter dari pada mengaku wartawan. Hehehe.

Ada banyak istilah untuk wartawan-wartawan pemalak ini diantaranya, wartawan amplop, wartawan bodrex, wartawan tanpa surat kabar (WTS), wartawan bodong, wartawan gadungan dan banyak lagi. 

Wartawan-wartawan tersebut tidak mencari berita mereka hanya mencari uang untuk kepentingan pribadi, biasanya kalau ada acara dinas atau bupati mereka kumpul terus membuat absen yang hadir dan setelahnya di kasihkan terus cair deh uangnya. 

Dan untuk wartawan harian, pasti absennya dicatat diurutan pertama, tidak tahu ditumbalkan atau apa, tapi memang jitu mereka berhasil mendapatkan jatah dari itu. Dan kami yang ditugaskan mencari berita hanya bisa senyum-senyum saja, meskipun sedih melihatnya.

Suatu waktu saya bangun pagi dan duduk manis sambil minum kopi di agen koran yang menjual koran saya, saya mau tahu siapa saja yang suka membeli koran tempat saya kerja ini. Dan ternyata yang membelinya itu wartawan-wartawan tidak jelas itu.

Jadi modusnya itu, mereka beli koran tiga dan diberikan ke narsumber yang ada di koran dengan berharap koran itu dieli dengan harga yang tinggi. Dalam hati dongkol juga, saya yang setengah mati mencari dan menulis berita, melah dimanfaatkan orang lain untuk memeras.

Bagaimana tidak rusak nama wartawan kalau masih banyak orang yang mengatasnamakan wartawan dengan tujuan memperkaya diri sendiri dan anehnya bukannya malu, sekarang ini semakin bangga dan semakin menjadi-jadi.

Ayo kawan sadarlah, masih banyak pekerjaan yang lebih mulia dari pada menjadi pemalak yang bisanya mencari kesalahan dan meminta jatah dari proyek-proyek pemerintah.

Ada yang mengatakan, dimana proyek pemerintah akan berjalan dengan baik apabila uang pengamanan wartawan gadungan dan preman saja sampai harus disiapkan 20% dari total anggaran.

Bagi kawan yang merasa tersinggung, maaf ya…

4 komentar:

  1. mana bulu pantayamna.... yam. Wakwaw....

    BalasHapus
  2. kalau begitu.... panginglnya WARTAWIN saja,,, jangan pangil WARTAWAN, krna nama WARTAWAN sekarang sdh sebagian bersih sebagian ada kotor. Jadi mulai skrg pangilnya WARTAWIN saja.

    BalasHapus
  3. Anda di desa mengaku-ngaku sebagai REPORTER,,, kalau REPORTER itu untuk pangilan media TELEVISI..... emangnya anda punya kamera video soting yg gede, kaya punya TvOne. paling jga pnya bukan kamera Hp.

    BalasHapus
  4. hahaha... pentium... punya dong. baca yang SBY yum. baru

    BalasHapus

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!