Sabtu, 25 Desember 2010


Semangat merupakan kata yang selalu menjadi pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu atau mencapai tujuanya. Semangat merupakan awal yang mendasari apa yang kita rancang sebelumnya. Semangat ini bagaikan tenaga yang bisa mengangkat orang untuk memulai berjalan.
Sehingga tidak aneh, ketika semua orang harus memiliki semangat yang luar bisa, karena meskipun kita punya konsep yang sebagus apapun, tapi dalam diri kita tidak memiliki semangat, konsep bagus tersebut hanya menjadi sampah saja. 
Dalam hidup memang sangat diperlukan semangat, karena ketika kita kehilangan semangat, maka dalam melakukan aktivitas atau dalam pencapaian tujuan kita akan selalu malas dan malas. Dalam sepuluh tahun terakhir, Indonesia sebagai sebuah Negara besar yang memiliki sejarah panjang tentang perjuangan kini telah dilanda “penyakit” kehilangan semangat. Hal ini terlihat dari banyaknya masalah dan Bangsa ini sangat susah untuk bangkit kembali.
Padahal, Bangsa ini dari awal perjuangan kemerdekaan pada waktu 1928, dimana semangat pemuda pertama digulirkan, hingga pergerakan 1945 yang memacu semangat Bangsa Indonesia untuk meraih kemerdekaannya. Tidak sampai disana, Bangsa ini pun menemukan kembali semangatnya ketika pada tahun 1966, dimana ketika itu, Bangsa Indonesia bisa dikatakan
terbebas dari apa yang kita kenal dengan orde lama yang didalamnya terdapat Partai Komunias Indonesia.
Setelah itu, kita pun melihat kegigihan pemuda Indonesia melalui gerakan 1998 yang dengan begitu “garang” memperjuangkan nasib masyarakat dengan turun ke jalan menuntut presiden Soeharto yang sudah 32 Tahun memimpin negeri ini untuk turun dari tahtanya dan lahirnya
lahirnya era reformasi.
Di era reformasi ini, semangat yang awalnya menggebu-gebu mendadak sirna dengan semakin banyaknya masalah yang dihadapi Bangsa, mulai dari masalah korupsi yang semakin hari semakin menggerogoti Bangsa ini, masalah kemiskinan yang dari awal kemerdekaan hingga kini masih belum ada penawarnya, juga masalah pemuda yang sudah tidak lagi menjadi tulang punggung Bangsa karena telah dibius oleh budaya asing yang semakin tidak jelas.
Bukan hanya itu saja, masalah lainnya yang membuat masyarakat Indonesia yang banyaknya lebih dari 200 juta jiwa ini harus melihat berbagai masalah besar seperti masalah teroris, masalah agama, politik, budaya, ekonomi dan tidak lupa masalah suku Bangsa yang masih menjadi pembahasan para pemimpin negeri ini.
Dari sana, gejolak semangat sudah mulai memudar, karena orang sudah tidak lagi memperdulikan apa yang terjadi di Bangsa ini, melainkan mereka sudah memikirkan bagaimana besok bisa makan atau tidaknya, dengan kata lain, semangat masyarakat Indonesia sekarang adalah semangat bagaimana bertahan hidup atau semangat pribadi yang di dasari oleh tuntutan perut.
Pada proses selanjut, Negara hanya difikirkan oleh orang-orang yang memang peduli, namun kepedulian itu pun bukan tanpa kepentingan, ini lah sebenarnya kenapa Indonesia semakin banyak masalah, karena berawal dari orang yang mengaku peduli tapi sebenarnya banyak kepentinganlah Negara ini penuh dengan masalah. Dan bukan tidak sedikit orang-orang yang mengaku peduli ini malah merugikan masyarakat.
Saat ini, Indonesia kehilangan mimpinya, Indonesia sudah kehilangan pemimpin Bangsa yang memberikan mimpi pada masyarakatnya. Mimpi yang dimaksud bukanlah mimpi bunga tidur tapi mimpi yang dia bisa menggerakan untuk kita bisa mencapainya. Bangsa ini sudah kehilangan karakternya, hal ini bukan tanpa alas an, pertautan antar budaya yang menyebabkan kita semakin tidak memiliki karakter, kita kehilangan semangat untuk membangkitkan semangat kebudayaan Bangsa sendiri. Kita lebih percaya diri dengan budaya asing dan kita percaya diri menggunakan barang yang luar negeri. Bahkan tidak sedikit dari orang Indonesia yang bilang “norak” kalau kita menggunakan barang buatan negeri sendiri. Hal ini sangat menyedihkan bagi kita sebagai Bangsa yang memiliki keragaman budaya dan suku.
Keragaman budaya dan suku bukannya dijadikan sebagai dasar kita untuk merasa bangga menjadi orang Indonesia, namun keragaman budaya dan suku kita malah kita sendiri tidak percaya diri. Ini yang menjadi hilangnya karakter Bangsa.
Kita mungkin harus belajar dari Presiden pertama negeri ini, yang menyebutkan tidak bolehnya budaya asing masuk ke Indonesia, seperti lagu-lagu The Beatle tidak boleh di Indonesia, karena saat itu Soekarno memerintahkan warganya untuk mendengarkan lagu-lagu daerah dan perjuangan. Ini memamg efektif, sebab, saat itu kondisi Bangsa masih dalam masa-masa perjuangan.
Namun, di era sekarang, semuanya berubah, apa yang dilakukan orang barat, kita bisa melakukannya, apa yang menjadi trend di barat kita pun pasti akan bergerak menuju trend tersebut, kita benar-benar telah terjajah secara global. Kita bagaikan hidup tanpa tenaga, kita sudah kehilangan semangat kita untuk bangkit dari keterpurukan Bangsa.
Untuk kita itu, kita harus mengembalikan semangat. Semangat ini susah kita dapatkan, tetapi mudah hilang, dia bagaikan hujan yang ditunggu para petani dan berhenti tanpa disuruh petani. Dengan begitu kita tentu harus selalu mencari apa yang membuat kita semangat dan menghilangkan apa yang membuat semangat kita menjadi kabur.
Kejadian, penilaian, sindiran dan sebagainya merupakan hal yang sangat meudah membuat semangat ini luntur, dan Bangsa ini sudah terbukti dari berbagai sindiran dari negeri sendiri pun, semangat kita telah loyo. Contohnya, anak muda yang memakai batik, dia mempunyai semangat untuk menggunakan batik karena cinta produk Indonesia dan ingin memajukannya, tetapi ketika ada temannya yang mengatakan batik itu borak, anak muda tersebut bisaanya bukan melawan, tapi lebih mengikuti apa yang temannya katakana, hal ini yang menyebabkan terbunuhnya semangat kita.
Kepercayaan diri kita sangat diuji, karena ketika kita mempertahankan apa yang kita mau, pastinya akan banyak orang yang mengkritik dan menyindir, dan itu merupakan sebuah tantangan hidup kita, dengan begitu semangat kita akan tumbuh.
Pemimpin Yang Semangat Indonesia saat ini memerlukan pemimpin yang bisa memberikan semangat pada dirinya juga pada masyarakatnya, karena masayarakatnya sudah kehilangan semangat Bangsa. Masyarakat tidak meminta keluh kesah pemimpinnya, tetapi masyarakat butuh pemimpin menunjukan semangatnya dan mengajak masyarakat untuk semangat membangun Bangsa ini.
Hari ini, hal tersebut tidak terlihat, yang ada hanya keluh kesah sang pemimpin, sehingga sangat wajar ketika masyarakatnya pun tidak memiliki semangat berjuang untuk Bangsa, tidak gairah untuk bangkit dari keterpurukan Bangsa ini. Masyarakat cenderung diam ketika ada masalah-masalah Bangsa. Mereka lebih memilih untuk mementingkan pribadinya.
Sudah seharusnya pemimpin kita bisa memberikan kata-kata agar masyarakat bisa tergugah untuk bisa membangun Bangsa kembali, kita mungkin ingat dari tayangan-tayangan televisi yang mempertontonkan gaya pidato presiden pertama Republik Indonesia, dia begitu menggebu-gebu, dia begitu berapi-api dalam menyampaikan pidatonya, dia bahkan tidak segan-segan menunjukan tangannya untuk membuktikan rasa semangat perjuangan untuk Bangsanya.
Sementara hari ini, kita tidak bisa melihat pemimpin kita yang seperti itu, kita seperti kehilangan seorang bapak yang terus membimbing kita untuk memajukan keluarga, kita kehilangan figur yang kita hormati, dan kita seperti kehilangan pemimpin sejati negeri ini. Untuk itu, sebagai masyarakat yang punya tanggungjawab terhadap Bangsanya, sudah harus proaktif melihat kondisi Bangsa, makanya sudah seharusnya kita menunjukan semangat kita untuk membangun Bangsa.
Mulailah Bermimpi Bangsa Indonesia sekarang ini telah kehilangan mimpinya untuk menjadi Bangsa yang besar yang dihormati Bangsa asing, Bangsa ini sudah tidak lagi punya semangat untuk mewujudkan mimpi para pahlawan, dan Bangsa ini juga sudah kehilangan arah kemana Bangsa ini akan melangkah. Untuk mengembalikan cita-cita tersebut, mungkin kita harus kembali bermimpi menjadi sebuah Negara adidaya yang sangat diperhitungkan oleh Negara lain dalam berbegai sektor.
Mimpi Bangsa ini ada digengaman masyarakatnya, bukan lagi ada di pemimpin negeri ini, karena Bangsa ini bukan hanya milik pemimpin negeri tapi milik semua lapisan masyarakat yang hidup di bumi nusantara. Momentum mengembalikan kepercayaan diri masyarakat Indonesia haruslah dibarengi dengan lahirnya keinginan untuk bangkit.
Pemuda yang merupakan bagian dari masyarakat Bangsa ini sudah sewajarnya tampil digarda terdepan, sebagaimana telah dilakukan para pendahulu kita tatkala sumpah pemuda didengungkan. Kebangkitan semangat pemuda merupakan awal dari kebangkitan Bangsa ini.
Karena dengan semangat pemudalah Bangsa mulai bersatu dan merdeka. Kini, kondisi kita “terjajah”, sudah sewajarnya kita sebagai bagian Bangsa untuk mengumpulkan semangat untuk bangkit dan melawan “penjajahan”. Hanya bedanya, kali ini kita melawan “penjajah” yang bukan hanya dari Bangsa asing melainkan dari dari Bangsa sendiri.
Sikap patriotis dan sikap rela berkorban juga harus menjadi pendukung dari semangat yang kita miliki, seperti tim sepak bola Indonesia yang saat ini sedang dalam kondisi semangat yang tinggi dengan masuk final AFF. Timnas Indonesia memiliki modal yang sangat penting yakni semangat, dengan semangatnya timnas kita, juga bisa menumbuhkan semangat Bangsa Indonesia untuk juga semangat melihat Timnas. Kebangkitan timnas kita juga seharusnya dibarengi dengan bangkitnya kepercayaan diri Bangsa untuk memperbaiki bukan hanya sepak bola akan tetapi juga kebangkita disemua sector yang saat ini lumpuh dan perlu perbaikan.
Saatnya Bangkit Kita mungkin tidak sadar kalau kita sedang jatuh dan belum berdiri. Kita sekarang masih tertidur, tidak merasa resah karena kita tidak berfikir untuk bangkit dari keterpurukan, kita merasa tenang karena kita masih bisa makan dan tidur tenang. Sementara diluar kita masih banyak yang kelaparan, dan tidak bisa tidur tenang karena belum makan dan tidak tahu besok dapat makan atau tidak. Kita maknai ini sebuah kegagalan, dan itu harus kita sudahi, karena tidak mungkin kita selamanya menjadi Bangsa yang gagal, Bangsa yang
tidak punya mimpi, sekarang saatnya untuk kembali mengobarkan semangat, semangat persatuan, semangat kesatuan, semangat melawan keterpurukan, semangat melawan semua tantangan hidup, semangat memajukan Bangsa dan semangat menuju sebuah kesejahteraan Bangsa.
Kemarin kita mungkin kehilangan mimpi, kemarin kita mungkin kehilangan jatidiri dan kemarin kita kehilangan karakter sebagai Bangsa yang besar. Dan kini semua itu harus segera dihapus dengan menggantinya dengan sebuah capaian yang tepat, karena kita adalah Bangsa besar yang
mempunyai kekayaan alam yang besar, sumberdaya manusia yang besar dan semangat persatuan yang besar. Dan kini saatnya kita mengibarkan semangat untuk bangkit.
Tidak ada kata terlambat bagi seorang yang mau berjuang, karena kata terlambat merupakan penghalang untuk bangkit dari keterpurukan. Semuanya harus dilakukan sekarang, tidak ada kata menungu, karena menunggu merupakan sebuah kesia-siaan.
Dari paparan diatas, bisa diambil sebuah makna yakni kembalikan semangat, karena semangat merupakan titik tolak dari sebuah capaian baik itu capaian Bangsa maupun capaian pribadi. Semangat merupakan awal dari sebuah kebangkitan melawan semua tantangan di depan, karena didepan kita tahu apa yang akan kita hadapi, tapi dengan semangat kita semua akan bisa kita hadapi dan tentunya tujuan hidup akan mudah tercapai.
Semangat untuk bangkit ini bukan hanya untuk membangun bangsa saja, melainkan untuk hidup kita, membangun jati diri dan membangun rasa percaya diri, sehingga kita menjadi manusia yang berguna bagi sesama. Semangat harus terus ditumbuhkan dan semangat harus terus dikibarkan untuk bangkitnya kita dari keterpurukan. SEMANGAT!
*Penulis adalah Mahasiswa Universitas Subang



0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!