Teh dan
Penelitian Pada tahun 1962, Organisasi kesehatan Dunia ( WHO) di Perserikatan
Bangsa-bangsa (PBB) melaporkan adanya peningkatan kasus kerusakan gigi,
penyakit pada sistem pencernaan dan kropos pada tulang manusia yang disebabkan
oleh kurang tersedianya sumber air bersih, serta akibat peningkatan konsumsi
bahan pengawet dan gula. Berdasarkan laporan tersebut PBB melakukan program
penambahan klorin dan flour pada air bersih.
Program
tersebut telah membuahkan hasil di kota besar negara maju yang memiliki
teknologi air bersih, namun belum menyentuh masyarakat yang hidup di kota-kota
kecil negara berkembang. Teh memiliki potensi untuk memenuhi kebutuhan manusia
akan klorin dan flour. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teh disamping sebagai
bahan minuman, sifat antiseptik dapat menjaga kesehatan mulut dan gigi,
tenggorokan, menjaga keseimbangan mikroflora sistem pencernaan dan meningkatkan
penyerapan kalsium untuk pertumbuhan tulang.
Pada dekade
70-an dan 80-an, dunia diguncang oleh laporan adanya peningkatan drastis kasus
penyakit jantung dan kanker, sebesar 3-5% per tahun. Berbagai negara
mengalokasikan dana yang sangat besar untuk penelitian terhadap semua kasus
tersebut. Baru pada awal dekade 90-an, peneliti menemukan bahwa teh merupakan
minuman karsinogen yang sangat efektif untuk mengurangi risiko kejangkitan dan
menghambat pertumbuhan kanker.
Dengan
ditemukannya berbagai khasiat yang terkandung pada teh maka pada akhir dekade
90-an, PBB memberi bantuan kepada 30 negara penghasil teh untuk melakukan program
promosi teh dalam rangka meningkatkan konsumsi teh dunia.
Di Indonesia
program ini dilakukan di kota Surabaya, Propinsi Jawa Timur. Jenis polifenol
pada teh yang telah teridentifikasi dan tingkat kandungan rata-rata adalah 1.
Katekin, antara : 63 - 210 mg% 2. Flavanol, antara : 14 - 21 mg% 3. Tearubigin,
antara : 0 - 28 mg% 4. Polifenol lainnya antara : 266 - 273 mg%.
Dari hasil
penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung -
Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada teh Indonesia
yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ± 1,34 kali lebih tinggi
dibanding teh dari negara lain Katekin merupakan senyawa polifenol utama pada
teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol. Rata-rata kandungan katekin pada
teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60% b.k., sedangkan pada negara lain
berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k.
Teh selain
mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain yang
bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : metilxantin, asam amino, peptides,
karbonhidrat, vitamin (C,E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium,
magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron, calcium, serta
metilxantin dan alkaloid lain.
Kemampuan
pencegahan dari polifenol teh a. Anti oksidan – Mencegah pembentukan radikal
(bebas) oksigen dalam tubuh – Melindungi lemak dalam plasama darah – Melindungi
kerusakan minyak dan lemak makan, dapat digunakan sebagai pewarna alami b. Anti
radiasi c. Anti mutasi gen d. Anti tumor – Menekan pertumbuhan sel tumor – Menekan
pemrosesan bentuk tumor – Menekan kanker payudara yang tumbuh spontan e.
Menghambat aktivitas enzim : beberapa enzim yang terbukti dihambat adalah : –
Enzim angiotensin I – Amilase, Sukrase dan maltase – Enzim glucosy I
transferase pada mutan streptokokus – Enzim pemacu HIV – Enzim tyrosinase f.
Anti peningkatan kolestrol g. Anti peningkatan tekanan darah h. Anti
peningkatan kadar gula darah i. Anti koreng j. Anti bakteri – Bakteri patogen
pada makanan – Bakteri fitopatogen tanaman – Bakteri kariogenik – Menetralkan
racun bakteri k. Anti virus – Virus mosaik tanaman tembakau – Virus influensa –
Virus papiloma pada manusia l. Deodoran (penghilang bau) – Trimethy amina –
Methy mercaptan – Formaldehyade – Pembasmi hama golongan hewan lemah.(net)
maju terus bloger subang....
BalasHapusby.http://087828150515.blogspot.com