Minggu, 31 Oktober 2010


Bagi sebagian orang, hidup di Indonesia bagaikan hidup di surga, karena didalamnya banyak sekali kekayaan alam seperti emas, intan, mutiara, gas, batubara, dan lain-lain. Selain itu lahan Indonesia juga sangat murah harganya, apalagi kalau bisa bermain dengan para pejabat mungkin dari harga mahal ini bisa menjadi gratis. Lahan-lahan kosong ini bisa saja dibuat menjadi pabrik ataupun yang lainnya.
Dari berbagai potensi alam di Indonesia ini, dalam itung-itungan para penghitung, sangat tidak mungkin rakyatnya tidak sejahtera, kalaupun tidak sejahtera ya minimal kerja di sebuah perusahaan ataupun bisa menggarap lahan yang ada di negara Indonesia ini. Baik itu bertani ataupun berkebun.
Indonesia juga diibaratkan surga karena apapun yang kita tanam akan tumbuh di negeri ini, betapa suburnya negara ini kalau kita melihatnya dari sisi potensi kekayaan alamnya. Tapi apalah arti potensi kekayaan ala mini kalau hanya habis oleh segelintir orang saja, sekelompok orang saja yang biasa kita sebuat sebagai orang-orang yang serakah.
Orang-orang yang sudah menjual kekayaan alam ini ke tangan-tangan pemodal, mungkin kita tak ubahnya negara yang tengah di jajah oleh bangsa sendiri dan bangsa yang lain, dimana banyak kekayaan alam yang sudah dimiliki oleh orang asing.
Kalau kita melihat pada sejarahnya, negara Indonesia ini adalah negara jajahan bangsa Belanda, yang tiga setengah abad lamanya di jajah. Dampak dari jajahan ini masyarakatnya menjadi terbelakang, karena bangsa penjajah tidak memberikan kesempatan kepada para penduduk untuk bersekolah, sehingga penyakit turunannya kita menjadi sedikit kurang cerdas dari pada bangsa asing.
Karena kekurang cerdasan kita, maka semua potensi yang dimiliki oleh negara ini menjadi lahan yang empuk bagi para orang cerdas yang dengan berbagai cara bisa memanfaatkannya, hanya mereka terlihat rakus dan tidak peduli terhadap bangsa ini, sehingga kekayaanpun di lalapnya habis.
Kita bagaikan kembali terjajah, atau dengan kata lain, kita hanya sebagai pengemis yang ada di negara sendiri. Kenapa demikian, karena banyak penganggur tidak diberikan kerja, mereka hanya kerja seadanya, bahkan mereka tersingkir hanya karena sehelai kertas ijazah. Padahal lagi-lagi negara ini banyak sekali yang tidak sekolah yang menyebabkan banyak penganguran
Namun, kalau dilihat dari sudut pandang yang lain, tanah yang subur ini semata-mata untuk kepentingan rakyat yang didalamnya para pengangur, andai saja para penganggur ini diberikan kesempatan untuk mengembangkan keahliannya dalam bidang pertanian apakah mereka tidak bisa atau memanfaatkan lahan lautan yang luas ini untuk mereka. Dimana pemerintah memberikan alat untuk mencari ikan dan yang lainnya?.
Banyak pabrik yang berdiri di negara ini pun belum menjawab dari kenapa masih banyak pengangguran?, padahal secara hitungan jumlah pengangguran, akan sangat kecil apabila para pengangguran ini dipekerjakan pada parik-pabrik yang ada sekarang. Hanya jawaban yang selalu dihadapkan pada para penganggur hanya karena mereka tidak memiliki sehelai kertas ijazah.
Apakah menjamin ketika orang yang memiliki ijazah dari sekolah akan menjamin orang itu mempunyai kualitas kerja yang baik? Semestinya Indonesia tidak lah menjadi negara penganggur karena tadi itu kekayaan alam dan sumberdaya alamnya sangat kaya.
Ini sungguh ironis dengan keadaan sekarang yang masih banyak pengangguran, pengemis, orang yang gila dan sebgaianya yang mewarnai negara Indonesia ini, hal yang seharusnya itu bisa sangat sedikit di negeri yang kaya raya ini.
Sebuah harapan dari salah satu penganggur ini bisa memanfaatkan atau mengembangkan sumber daya alam yang ada di negara ini sebelum habis di kuasai oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab ialah bisa diberikan kesempatan untuk mengerjakan sesuatu yang bermanfaat bagi negara ini. Namun, apalah artinya ketika sebuah harapan tanpa diberikan kesempatan oleh pemilik kebijakan. Semoga harapan dan persoalan ini segera mendapat jawaban.
Oleh : Dadang Nurjaman

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe to RSS Feed Follow me on Twitter!